Universitas Leiden. Aku membaca tulisan yang tertera di depan kampus. Mataku mengitari ke sekitar. Benar-benar tempat yang indah. Pohon cherry blossom yang bermekaran merah muda merona, bunga-bunga itu sedikitpun tak memberi kesempatan untuk selembar daunpun tumbuh diantara mereka.

Pandanganku berputar ke arah yang berbeda. Sungai kecil berair sangat bening, kuntum-kuntum tulip dan bunga lily yang tumbuh liar, juga sekawanan bebek dan angsa yang berjalan akrab beriringan. Oh Tuhan, inikah gambaran kecil dari surga dunia itu?

“Aku ingin ke Switzerland, main sama domba sambil ngurus peternakan” Sena menatap bintang dengan wajah menengadah sambil tersenyum sendiri di atas faviliun rumah.
“Kalau kamu?”
“Dolomite! Tempat itu penuh salju. sexy sekali. Disana juga banyak domba, angsa, benar-benar desa yang cantik.” Sahutku berbinar sambil berpangku pada kedua tangan.
“Itu dingin sekali sayang. Bahaya!” sahutnya
“Bahaya kenapa? Kan pake jaket” jawabku.
“Memang kamu yakin kalau orang bulan madu selamanya pakai baju” sahut Sena sambil mengerling nakal.
Aku mencubit pinggangnya malu-malu.

“Lalu bagaimana dengan anak? aku mau banyak ya. Ga enak seperti kita. Ga punya saudara” lanjutnya.
“Obrolan seperti itu nanti saja kalau kita sudah menikah” sahutku
“Tapi apa mungkin kita bisa menikah?” jawabku gusar.

Lalu kami berdua terdiam. Lama. Tak sepatah katapun keluar hingga kami kembali ke kamar masing-masing.

Cepat-cepat aku mengenyahkan lamunanku. Susah sekali rasanya menghilangkan cerita tentang dia.

  Cerita #8 - Perasaan Yang Salah Eps. 07

Kulangkahkan kakiku menuju ruangan kelas. Takjub melihat mahasiswa disini yang tampil beda dengan umumnya mahasiswa Indonesia. Mereka terlihat sangat fashionable, friendly, sekaligus sangat disiplin dan serius saat belajar. Diam-diam aku mulai menyukai tempat ini. Tak terasa 5 jam berlalu sudah saatnya aku beranjak pulang.

Aku melangkahkan kaki ke central stasiun. Eka sudah membekaliku dengan kartu kereta dengan saldo yang sudah terisi. Tapi aku berdiri gusar. Aku lupa memperhatikan Eka bagaimana cara menggunakannya.

Sekian lama aku termangu hingga akhirnya seseorang berwajah Asia menegurku “From Indonesia?” Tanyanya
“Oh iya, saya dari Jakarta”.
“Kamu pasti bingung mau naik kereta ya?” tanyanya sambil tersenyum.
Aku mengangguk malu.
“Di tap saja kartunya, habis itu pintu akan terbuka, kamu boleh masuk lalu tunggu keretanya. Pas naik kereta tap lagi” ujarnya menjelaskan.
“Ngomong-ngomong pulangnya kemana?” tanyanya.
‘Amsterdam’ jawabku.
“Jauh sekali. Kamu kuliah di Leiden? Pasti mahasiswa LPDP” sahutnya.
“Iya, belum dapat tempat tinggal disini” jawabku singkat.
“Aku Dani. Boleh tau nomer hapemu? Ini kartu namaku. Nanti aku dan teman-teman Indonesia akan membantumu mencari tempat tinggal. Biasanya kami menyewa rumah atau apartement barengan, atau tinggal di studio, banyak juga yang tinggal di asrama khusus mahasiswa. Nanti aku kabari kalau ada yang kosong. Yo masuk!” Ajaknya.

Aku tersenyum senang. Alhamdulillah..

“Niken kamu belum punya kartu internet kan? Itu kamu bisa pake wifi rumahku yaa. Passwordnya kutulis di note depan kulkas” Eka berteriak dari kamarnya.
Wifi? Buat apa? Sahutku dalam hati. Sudah sekian lama aku tidak bermain sosial media. Terakhir sekitar 3 bulan lalu aku membuka instagram. Tapi karena sepi, akupun iseng membukanya.

21 direct message dari Sena. Aku tidak akan membacanya, ujarku dalam hati.
Kumatikan handphone lalu kunyalakan lagi, kumatikan lagi, kunyalakan lagi..
Sampai akhirnya aku putuskan untuk membuka pesan dan menyelesaikan semuanya dengan Sena.

“Niken kekasihku, aku sama sekali tidak tau kamu dimana” Kubaca baris pertama dari pesan terakhir yang dikirim Sena. Membacanya aku membayangkan wajah Sena yang kosong dan putus asa.
“Pulanglah Ken, jangan bunuh aku pelan-pelan seperti ini. Tempatmu disini, dirumah, disampingku. Aku tidak tau lagi kemana harus mencarimu, aku putus asa. Aku mau lelah, tapi rasanya itu tak boleh. Aku takut kamu sakit, kamu sedih, kamu bingung. Kamu pasti menangis. Sekian tahun bersama tak pernah kutemukan wanita tercengeng di dunia selain kamu. Aku sungguh cemas karena tidak ada di dekatmu. Pulang ya Ken, aku janji aku akan mengusahakan hubungan kita”.

Aku menangis pelan. Kupeluk handphoneku penuh perasaan. “Sena aku rindu kamu” balasku.
Lalu tulisan itu sekejap langsung kuhapus, kuganti dengan kalimat yang sekian lama telah kusiapkan.

  Cerita #2 - Perasaan Yang Salah Eps. 01

Dear Sena..

Saat kamu baca ini, yakinlah aku sedang baik-baik saja. Makanku banyak. Aku juga memiliki banyak teman. Tidak perlu cari tau aku dimana, aku sungguh baik-baik saja kakakku sayang.

Jaga ibu dan bapa untukku ya. Nanti suatu saat aku pulang. Pasti pulang..
lagipula aku rindu kamarku, aku rindu masakan mbok Darmi, aku juga kangen susu coklat hangat itu.

Tapi jangan suruh aku kembali untukmu. Aku tak kan kuat lagi untuk menyakiti hati bapa dan ibu.

Sena kamu tau kan sejak kecil aku sudah sangat terlatih kehilangan. Jika kehilangan orangtuaku saja tetap membuatku berdiri tegak, aku yakin aku juga akan baik-baik saja jauh darimu. Kuatlah untukku. Yakinlah Diva adalah orang yang tepat untukmu, untuk keluarga besar kita. Menikahlah dengan dia..

Sungguh jangan terlalu lama terhanyut dalam perasaan. Kita saling mencintai karena waktu yang mengajak kita untuk selalu bersama. Oleh karena itu aku yakin waktu juga yang akan membawa kita kembali untuk saling melupakan.

Kuat ya Sena kakakku sayang. Jangan lagi membuang-buang waktu untuk mengingatku.

Niken.

Aku menarik napas panjang, berat namun melegakan. Kuputuskan untuk menonaktifkan akun Instagramku.

Niatlah yang akan membuatku kuat.

Selamat tinggal Sena.

Bersambung..

Sebelumnya Episode 4Selanjutnya Episode 6

Diambil Dari Group Facebook Dengan Penulis : Yayuk Hartini

Similar Posts

1 Comment

  1. […] Sebelumnya Episode 3 – Selanjutnya Episode 5 […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *